Rabu, 23 Juli 2014

Review Dawn of the Planet of the Apes

(20th Century Fox; 2014) Dir: Matt Reeves


Kalo ada yang bertanya-tanya kenapa sebuah sekuel harus dibuat, Dawn of the Planet of The Apes bisa menjawabnya. Jika film lain dibuat dengan alasan uang semata (walaupun ini juga tujuan semua film dibuat) dan menjadikan beberapa hasilnya maksa, Dawn ada karena memang dibutuhkan.

Tiga tahun yang lalu sebuah reboot yang jenius lahir. Bukan sebuah ide orisinil sebenarnya untuk mengangkat kembali cerita lama dari sudut pandang berbeda. Namun bukan itu aja yang ditawarkan Rise, tapi juga rasa yang baru, meninggalkan segala pernak-pernik yang dianggap cupu dari film nenek moyangnya, dan fokus untuk membuat suatu awal yang baru dan segar.
Apa yang dilakukan Dawn agak unik sebetulnya. Mereka dengan berani menjadikan kera sebagai pentolan utama. Empat film yang sudah ada sebelumnya tetap memakai manusia sebagai story leader. Disini, mereka memutuskan bahwa ini bukan hanya film tentang kera tapi juga film kera itu sendiri. Dan hasilnya, voila! No one will forget Caesar from now.

Entah siapa yang harus mendapat pujian lebih, tim spesial efek atau Andy Serkis yang memerankan Caesar, yang jelas keduanya telah membuat akting para kera disini lebih keren daripada aktor manusia disini. Terutama Andy Serkis, terima kasih kepadanya karena telah membuat satu lagi karakter yang bersuara agung.

Sementara itu penampilan dari kaum kita disini sama dengan nasib manusia di filmnya: menyedihkan. Jason Clarke yang termasuk karakter sentral sama sekali tak memiliki karisma sebagai aktor utama. Hampir semuanya tampil flat. Bukan hanya akting saja namun skrip juga tak mendukung para manusia untuk bisa ‘keluar’. Terbukti dengan Gary Oldman yang tak bisa berbuat apa-apa selain nongol-ngilang-nongol-ngilang dan berakhir nanggung.


Walaupun memiliki kelemahan, tetapi tampaknya tim penulis sudah berusaha maksimal mendorong bagian ini ke titik terjauh. Tema yang ditawarkan sangat menarik sebenarnya: menukar posisi kaum manusia dengan komunitas kera lalu kemudian para kera bersikap seperti kita dan manusia...tetap menjadi manusia. Ketika kita dihadapkan dengan pilihan yang menuntut untuk tidak bersikap egosentris, meskipun disaat kita bisa.

Disini ditunjukkan bahwa yang akan memusnahkan manusia bukanlah krisis yang menyerang dari luar, namun dari dalam diri kita sendiri. Sebuah sindiran yang ironisnya tidak bisa ditolak.

Dan film ditutup dengan sebuah kalimat yang seharusnya dikatakan oleh seorang manusia, malah keluar dari mulut seekor kera.

Nice.

Supaya sah, sebagai summer blockbuster nggak ketinggalan adegan aksi yang seperti sudah menjadi syarat wajib. Semua pasti setuju kalo sepasukan kera menunggang kuda sambil membawa senapan mesin melakukan baku tembak kemudian membajak sebuah tank (dengan sinematografi keren dibagian ini, tentunya), adalah sesuatu.

Pada akhirnya, DotPotA bisa bikin sumringah penonton yang udah mau mati karena bulan juli yang garing. Walaupun tak bisa teralu superior di tangga box office karena memang tidak mempunyai hype yang gede, but who cares? Dengan hasil ini, Caesar bisa berjalan tegak disamping para mutan sebagai yang terbaik di summer tahun ini.

Well done, Dawn!