Selasa, 06 Agustus 2013

Balada Film Lebaran

            Hmm, mulai dari mana ya. Oke, pertama lo pasti tau lebaran itu apa kan? *di sweeping ormas* Baiklah, here we go.

            Hari lebaran, termasuk hari-hari libur di sekitarnya, merupakan momen penting bagi masyarakst muslim di Indonesia. Mayoritas masyarakat pulang ke kampung asal. Berkumpul dengan keluarga. Yang ga punya kampung, ya tetep ngumpul bareng keluarga sih, ngabisin waktu bersama.

            Nah, untuk mengisi hari libur yang lumayan panjang ini, salah satunya adalah berbondong-bondong pergi menonton film bareng keluarga-dan-sanak-saudara di bioskop. Dan tentu saja, mata para produser tak bisa membiarkan hal ini lewat begitu saja, dan menganggapnya sebagai sebuah tambang emas besar. Hasilnya adalah sebagai berikut:

            Dalam lima tahun terakhir, secara konsisten 4-5 film lokal dirilis pada masa libur lebaran. Tahun 2008, ada Barbi3, Chika, Laskar Pelangi, Cinlok, dan Suami-Suami Takut Istri. Kemudian ada 4 film di tahun selanjutnya yaitu Meraih Mimpi, Preman in Love, Get Married 2, dan Ketika Cinta Bertasbih 2. Tahun berikutnya kembali dengan jumlah film yang sama, Dawai 2 Asmara, Lihat Boleh Pegang Jangan, Darah Garuda, dan Sang Pencerah. Di tahun 2011 lebih seru lagi, ada lima film disini, Tendangan Dari Langit, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Get Married 3, Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap, juga Lima Elang. Tahun kemarin, ada Perahu Kertas, Brandal-Brandal Ciliwung, Cinta Suci Zahrana, dan Tanah Surga… Katanya.

            Tambang emas? Ya. Kebanyakan dari film-film tersebut mendapatkan untung yang sangat besar, atau setidaknya balik modal. Berdasarkan sumber filmindonesia(dot)com, beberapa film ada yang mendapatkan pencapaian hingga jutaan penonton. Ada Sang Pencerah dengan 1,1 juta, KCB 2 dengan 2 jutaan penonton, dan bahkan Laskar Pelangi mencapai 4,6 juta penonton! Pengecualian untuk tahun 2011, dimana hamper semua film lokal flop, disebabkan adanya persaingan dengan film-film MPA yang telat masuk Indonesia karena kasus pajak, seperti Harry Potter 7.2 dan Transformers 3.





            Untuk liburan lebaran tahun ini, terjadi penurunan jumlah film indo yang dirilis. Hanya ada 3 film indo yang di rilis mendekati lebaran kali ini. Selama tiga minggu ke depan, praktis persaingan terfokus pada film-film ini, ditambah mungkin sisa-sisa ­summer movies Hollywood. Ini seru, mengingat ketiga film tersebut memiliki segmen pasar yang berbeda, menjadika konfrontasi antar film ini bisa dibilang ‘adil’.

Pertama, ada sekuel terbaru dari franchise Get Married, yaitu Get M4rried (serada alay ye), yang masih digarap Hanung, dengan jajaran cast yang hampir sama persis dengan film-film sebelumnya. Tampaknya sang produser sudah mulai kehabisan ide baru, dan mengharapkan masih bisa mendapat keuntungan dari orang-orang yang masih tertarik dengan seri Get Married, atau bahkan dari para Slankers yang iseng datang menonton, secara mereka menggaet para personel Slank sendiri untuk meningkatkan daya jual film ini.




            Film selanjutnya, adalah salah satu adaptasi dari novel karya Tere Liye yaitu Moga Bunda Disayang Allah. Sekedar info, gue menemukan hal yang unik dari film ini. Sang sutradara mengatakan bahwa film ini di produksi menggunakan kamera dan special efek yang sudah digunakan oleh film-film blockbuster Hollywood seperti Pirates of the Caribbean dan Spiderman. Tetapi jika anda sudah menengok trailernya, lo bisa lihat kumis dari Fedi Nuril disana kaga jauh beda sama kumis boongannya prajurit kerajaan naga di Indosiar. Faaakkk. Apakah bujet mereka habis dipake buat ‘kamera dan special efek hollywood’-nya itu, sehingga ga sanggup nyewa make up-artist yang bener? Sayang banget kan, padahal Fedi Nuril tuh.



            Lalu film ketiga, La Tahzan. Dari segi judul, udah pake bahasa arab. Sooo, sudah bisa ditebak ini film mau dibawa kemana. Dibintangi aktor muda yang lagi top-topnya Rio Dewanto, film yang kental bernafaskan Islam ini bakal dikerubungi remaja-remaja hingga emak-emak gang yang pengen bersedih ria di dalam bioskop.

            Gimana, anda tertarik untuk menonton yang mana? Atau mau nonton semuanya? Atau malah skip ketiga-tiganya? *toss dulu

Tema

            Coba kita tengok track record film-film lebaran di atas. Ya, tentu saja ada beberapa film yang mengangkat tema religius. Setiap tahunnya, terkecuali tahun 2008 mungkin, ada satu atau dua film yang bertema Islam. Sisanya kebanyakan merupakan film-film keluarga ringan yang memiliki pangsa pasar lebih luas. Nah, nggak ada yang salah sebenernya dari segi tema, namun yang gue pertanyakan disini kenapa selalu saja mengangkat cerita yang menye-menye alias menguras air mata?


            Untuk tahun ini, kedua film baik Moga Bunda Disayang-sayang e dan La Tahzan, bisa kita tebak premisnya seperti apa. Cerita mengharukan, penuh penderitaan, mengundang simpati, dan kemudian satu adegan klimaks dimana seluruh penonton satu studio terisak-isak. Tak ada yang tahu pastinya kenapa formula ini menjadi tren film-film liburan, terutama liburan lebaran. Mungkin jika anda masih ingat dengan meledaknya film Surat Kecil Untuk Tuhan. Apa sebenarnya yang menjadi daya jual utama film yang dirilis di pertengahan bulan puasa tersebut? Ya, air mata.

            Menyedihkan sebenarnya, karena dengan asupan film seperti itu di hari-hari libur, kita sedang di didik untuk menjadi masyarakat cengeng. Bayangkan saja, ketika sebuah film yang dapat membuat anda menitikkan air mata, adalah jaminan film itu laku, maka bisa dibayangkan karakter orang-orang yang menonton film tersebut. Because at some point, you are what you watch. Lebih menyedihkan lagi sebenarnya, mengingat film-film ini dirilis disaat hari libur. Dimana orang-orang mulai dari anak kecil hingga nenek-nenek menontonnya.

            Coba kita tengok negeri seberang. Film liburan mereka: Pacific Rim. Film yang sangat menghibur, cocok ditonton bareng-bareng keluarga, dan anak-anak pasti sangat suka. Film liburan indo: Moga Bunda Disayang Dong Plis. Lalu sekeluarga menangis.

            Memang sih ga semua film bertema menye-menye gitu juga. Tapi yang gue bingung kenapa film-film tersebut yang selalu menjadi andalan utamanya, sedangkan yang lainnya hanyalah meramaikan persaingan. Gue yakin, tren ini bisa digantikan dengan film-film yang lebih ‘menghibur’, dan tetap laku keras. Sehingga para produser tak perlu berrpikir untuk menguras air mata para penonton, hanya supaya bisa menguras kantong mereka.

            So, moga aja liburan-liburan nanti, bioskop kita bisa diisi oleh film-film lokal yang lebih ‘bersahabat’. Film-film yang bisa bikin kita bahagia, tersenyum saat kita keluar dari studio, bukannya menghabiskan tisu satu pak. Termasuk di libur lebaran seperti sekarang, film bertema religi bukan alasan filmnya tak bisa menjadi ceria.


            Akhir kata saya mengucapkan Mohon Maaf Lahir dan Batin bagi semua pembaca, siapa tau ada yang tersinggung selama membaca postingan gue. Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan!