Kamis, 12 Juni 2014

Film Bukanlah Apa-Apa

Mereka bilang film hanyalah hiburan semata. Kita tidak usah berpikir, membuat otak kita bekerja. Yang kita butuhkan hanyalah duduk manis sambil menelan bulat-bulat semua kebohongan yang disajikan. Kita dihibur selama kurang lebih dua jam, lalu setelah itu selesai. Tidak ada yang tersisa. Tidak kurang, tidak lebih.

Mereka bilang film harus memiliki banyak aksi. Dengan berbagai special FX canggih. Penuh adegan heroik. Tak banyak ngomong. Tanpa berbelit-belit. Karena sekali lagi ini semua hanyalah hiburan. Kita tidak datang untuk membuat otak kita berpikir lebih keras ketimbang disaat kita mengerjakan soal kalkulus, bukan?

Lalu mereka bilang sebuah film harus menginspirasi. Penuh dengan pesan ‘mendidik’ didalamnya. Motivatif dan edukatif. Kita akan diberi wejangan sepanjang cerita, diberi tahu cara menjalani hidup yang benar. Bahwa orang baik hanya akan melakukan tindakan yang baik, dan sebaliknya orang jahat. Dan kemudian setiap mereka yang baik dan sabar dijanjikan sebuah akhir yang bahagia yang tentu akan selalu mereka dapatkan.

Berbagai macam makna bisa kita dapatkan setelah kita menontonnya. Selama kita menonton, kita akan disuapi banyak nasihat-nasihat hingga sampai kalian merasa kenyang, mereka takkan berhenti. Hingga kita semua menangis, bukannya muntah. Lalu keluar dari bioskop dengan keadaan terinspirasi, hanya karena kita telah selesai menonton film dengan cerita penuh inspirasi. Dan merubah kita menjadi manusia yang lebih baik.

Kemudian mereka bilang sebuah film haruslah apa adanya. Tidak naif. Tanpa harus memberi kesan menggurui. Kita sudah muak melihat semua bualan yang ada, dan ingin berteriak kalau di kehidupan yang nyata semuanya tak seperti itu. Kita ingin melihat sebuah realitas disana. Sebuah kejadian yang memang bisa terjadi pada kita, atau di sekitar kita. Mungkin kita memang mengharapkannya terjadi pada kita, atau di sekitar kita. Karena kecewa bahwa hidup kita tak semenarik kebohongan yang film tawarkan.

Lalu mereka ada yang menginginkan semuanya agar kelam. Ketika sang tokoh mati, putus, ditinggal kawin, atau stres dan menjadi gila di akhir, kita senang. Kita menangis, tetapi kita memang mengharapkan itu. Lalu kita seakan membandingkan semua itu dengan kesengsaraan yang sedang kita alami. Lalu dengan senang, menganggapnya sama.

Lalu apa sebenarnya film itu?

Ya, film bukanlah apa-apa. Ketika kita menempatkan diri dalam pandangan-pandangan sempit diatas. Ketika kita hanya ingin mereka memenuhi keinginan kecil kita. Ketika kita dengan egois, hanya menempatkan sedikit harapan kita pada mereka, dan tak mau percaya jika mereka lebih dari itu semua. Maka pada saat itu:

Film, bukanlah apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar