Artikel ini ditulis dua tahun yang lalu.
Let's see if its still relevant.
Ketika
kita menonton sebuah film, ada satu momen yang
membuat kita terkesima atau pun takjub dan sadar inilah alasan mengapa
kita rela duduk selama dua jam di depan layar. Dalam Inception (2010) kita
semua dibuat melongo dalam adegan Joseph-Gordon Levitt berkelahi di sebuah
lobby hotel yang berputar-putar. Demikian juga ketika obor milik Jake Sully
mati dan menampakkan wujud dunia Pandora yang sangat indah dalam Avatar milik
James Cameron atau Batman yang membuat Joker dan truk kontainernya terbalik di The
Dark Knight (2008). Lalu kita merasakan kengerian di saat Sandra Bullock
terlepas dari pesawatnya dan melayang semakin jauh dalam kesunyian luar angkasa
yang mencekam, dan ikut merasakan sesaknya berputar tanpa henti dalam kepanikan
di film Gravity (2013). Adegan-adegan diatas sangatlah ajaib, tak peduli
perasaan atau suasana apa yang dihadirkan, tetap saja kita dibuatnya kagum.
Bukan
hanya adegan-adegan spektakuler, namun terkadang sebuah adegan yang sederhana
dan minimalis juga mampu menyihir kita. 20 menit pertama dalam Inglorious Basterds karya
Quentin Tarantino hanyalah menampilkan dua orang yang duduk berhadapan sambil
berbincang-bincang saja, namun dengan dialog dan naskah yang kuat adegan
tersebut muncul sebagai scene paling memorable di sepanjang film dan
bahkan kemudian melegenda. Selain itu adegan tersebut juga menjadi contoh hook
yang sempurna dalam sebuah film.
Selain
dialog yang bagus, akting dari para pemain juga bisa menjadi sebab momen itu
tercipta. Siapa yang tak ingat penampilan Lupita Nyong’o di satu adegan dalam 12
Years A Slave, yang pada saat itu juga meyakinkan kita bahwa ia memang
berhak mendapatkan penghargaan sebagai Aktris Pembantu Terbaik dalam gelaran
Oscar saat itu. Kemudian di bagian akhir dari Captain Phillips, aktor
kawakan Tom Hanks menampilkan sebuah adegan mahal hanya menggunakan kemampuan
aktingnya dalam mengeluarkan segala emosi yang dirasakan oleh seorang kapten
kapal yang mengalami sebuah pembajakan.
Momen-momen
itulah yang menjadi salah satu alasan kita mencintai sebuah film atau bisa saja
yang menjadikan kita ketagihan menonton film. Bagaimana kita bolak-balik masuk
bioskop setiap ada film baru atau memburu home video film-film lama
untuk mengetahui apakah ada keajaiban yang bisa didapatkan ketika kita
menontonnya. Uniknya kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkannya dan
bagaimana bentuknya. Apakah di tengah-tengah pertunjukan? Di akhir cerita? Atau
ternyata dalam adegan pertama? Juga bagaimana momen itu akan hadir. Bisa saja
sebuah adegan lucu, bahagia, mencekam atau malah membuat kita meneteskan air
mata.
Lalu
bagaimana dengan film yang tidak memilikinya? Mungkin itulah alasan mengapa
kita tidak menyukai sebuah film atau ketika orang beramai-ramai menyebut
filmnya jelek. Ketika lampu di dalam studio menyala lalu kita keluar sambil
menggerutu dan kesal, mungkin kita kecewa karena tidak mendapatkan keajaiban
yang kita harapkan.
Sama
halnya seperti setiap film memiliki momen yang berbeda, setiap orang pun
memiliki momennya masing-masing. Bahkan untuk satu film yang sama belum tentu
setiap orang mendapatkan momen yang sama. Semua bergantung pada mood orang
tersebut, pengalaman selama hidupnya, dan tentu saja selera masing-masing. Bisa
saja kita mendapatkannya di sebuah film, tetapi teman kita tidak merasakannya
sama sekali. Terlepas dari semua itu, hargailah setiap momen yang anda
dapatkan, karena itu merupakan milik anda sepenuhnya tanpa ada interupsi dari
orang lain yang mempengaruhi perasaan anda terhadapnya.
Anyway, what's your one magic movie moment? Share on the comment section below.
Anyway, what's your one magic movie moment? Share on the comment section below.
Ketika lubezki membuat Birdman seolah-olah direkam tanpa henti.
BalasHapusBerarti kudu nyoba Children of Men ketika Lubezki shot 20 menit tanpa henti atau Victoria (bukan lubezki sih) yang 2 jam tanpa cut haha
Hapus