[Warner Bros; 2014]
Director: Christopher Nolan
Runtime: 165 min, PG-13
Jika ada orang yang bisa membuat
otak kita bekerja dengan sukarela, membuat kisah fiksi dengan modal seratus
persen fakta, membuat versi ‘tabu’ dari sesuatu yang dianggap hanya ada satu
cara untuk menjualnya dan orang-orang (sangat) menyukainya, lebih suka membuat
cerita orisinil dan baru ketimbang mengandalkan daur ulang dan tetap sukses
baik kritikan maupun penghasilan, tidak berpegang pada movie luck untuk
menulis cerita dan menjalankan plot yang ada tetapi justru memperhitungkan
setiap detil, atau mengajarkan bahwa ada cara lain untuk menghibur penonton
selain kiss-bang-tears-and-blood, itu adalah dia.
Sekali anda tahu itu semua, sulit untuk tidak mengingatnya.
Sama sulitnya untuk tidak mencari tahu apa yang selanjutnya dilakukannya. Dan ketika kita tahu bahwa itu adalah sebuah space
opera berisi para scientist dan astronot lengkap dengan wormhole dan
blackhole-nya, tentu kita berharap banyak pada orang yang melakukan
semua hal diatas. Yang tidak disadari adalah ia bisa saja memilih tidak
melakukannya.
Bumi ditunjukkan sudah di akhir usianya, debu-lebih tepatnya
pasir-literally berada dimana-mana dan hawar mematikan semua tanaman
Tidak disebutkan secara jelas kapan setting ini berlangsung tetapi manusia
sudah melewati masa dimana tidak ada penemuan baru, inovasi di bidang teknologi
atau lainnya, dan semua uang yang ada di dunia dikerahkan untuk satu hal utama
yang sudah langka yaitu makanan.
Tidak ada masalah dengan segala penjelasan dan pengenalan
keadaan planet kita saat itu, yang sangat mungkin bisa saja terjadi, semuanya
pada tepat pada tempatnya. Seorang pilot, anak kecil yang pintar (oh ya
petunjuk yang sangat jelas), truk yang identik dengan film-film epik dengan
kebun jagung luas yang sangat Hollywood (atau Spielberg?) sekali. Matthew
Mcounaghey jelas merupakan seorang brilian karena ia berhasil menyedot semua
perhatian kearahnya di setiap adegan sampai ke akhir film. Chemistry ayah-anak dengan
Mckenzie Foy juga apik, terutama Foy yang kita semua tahu bisa menjadi aktris
top masa depan setelah melihat penampilannya.
Jika paragraf tadi terlalu panjang untuk anda, begitu pula
dengan sequence pertama.
Butuh 42 menit bagi Interstellar untuk meninggalkan bumi. See,
kita mungkin sudah beberapa kali melihat penggambaran suasana luar angkasa
di layar lebar. Mulai dari bermacam-macam sci-fi cliche hingga tahun
lalu ada Cuaron dengan space sebagai tempat gelap, dingin, mengerikan tetapi
tetap indah dengan bumi di samping kita. Disini diberikan suguhan lain; oke
mungkin tidak terlalu ngeri saat tempat kita tinggal masih terpampang besar
didekat kita, namun bagaimana setelah ratusan ribu kilometer berikutnya?
Perasaan ada-yang-salah-dengan-semua-ini menghantui walaupun disekeliling kita
sangat indah juga sepi dan tenang.
Visualisasi ruang angkasa disini mungkin merupakan yang
terbaik sampai saat ini. Mulai dari jupiter dengan cincinnya yang anggun,
kemudian wormhole yang tampak seperti mutiara raksasa namun menyimpan
misteri didalamnya, planet yang hanya berisi air selutut namun ombak setinggi
gunung atau sebuah planet es lengkap dengan frozen cloud-nya sampai
desain spaceship seperti Endurance ataupun Ranger yang bikin kita
berharap punya versi legonya.
Intinya dia benar-benar memanjakan mata kita selama hampir
tiga jam tanpa membuat lelah malahan kita dibuat rileks. Lalu bagaimana dengan
pikiran kita? Hang on a second.
Tak seperti biasanya, dia memilih cara mudah untuk
menghadirkan semua informasi dalam filmnya. Ketika sekumpulan astronot senior
membicarakan hukum fisika ‘dasar’, tak ada alasan lagi selain mereka memang
disuruh berbicara khusus untuk kita. Ketika terjadi beberapa ‘keberuntungan’
sehingga setiap karakter bisa menjalankan cerita sesuai yang diinginkan, jelas
dia sedang kebingungan saat menulis naskah ini. Dan ketika sebuah adegan menjadi
kepanjangan karena sang tokoh utama mengulang-ulang satu kalimat yang mungkin
merupakan satu-satunya twist di film ini, well, mungkin kita harus menerima
kenyataan.
Anyway, anda bisa saja melupakan semua omong kosong
diatas. Saat anda duduk, lampu dimatikan dan film dimulai, yang ada dalam
pikiran adalah betapa beruntungnya kita mendapat kesempatan untuk ikut dalam
sebuah ekspedisi luar angkasa lengkap dengan scoring sinting yang bikin
telinga dan otak meledak dari Hans Zimmer. Dan tebak siapa yang mempimpin
perjalanan ini? Dia, makhluk dunia lima dimensi itu sendiri, Christopher Nolan.
My Score: 8.7/10
My Score: 8.7/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar