Jumat, 26 Desember 2014

Review Interstellar

[Warner Bros; 2014]

Director: Christopher Nolan

Runtime: 165 min, PG-13

Jika ada orang yang bisa membuat otak kita bekerja dengan sukarela, membuat kisah fiksi dengan modal seratus persen fakta, membuat versi ‘tabu’ dari sesuatu yang dianggap hanya ada satu cara untuk menjualnya dan orang-orang (sangat) menyukainya, lebih suka membuat cerita orisinil dan baru ketimbang mengandalkan daur ulang dan tetap sukses baik kritikan maupun penghasilan, tidak berpegang pada movie luck untuk menulis cerita dan menjalankan plot yang ada tetapi justru memperhitungkan setiap detil, atau mengajarkan bahwa ada cara lain untuk menghibur penonton selain kiss-bang-tears-and-blood, itu adalah dia.

Sekali anda tahu itu semua, sulit untuk tidak mengingatnya. Sama sulitnya untuk tidak mencari tahu apa yang selanjutnya dilakukannya.  Dan ketika kita tahu bahwa itu adalah sebuah space opera berisi para scientist dan astronot lengkap dengan wormhole dan blackhole-nya, tentu kita berharap banyak pada orang yang melakukan semua hal diatas. Yang tidak disadari adalah ia bisa saja memilih tidak melakukannya.

Bumi ditunjukkan sudah di akhir usianya, debu-lebih tepatnya pasir-literally ­berada dimana-mana dan hawar mematikan semua tanaman Tidak disebutkan secara jelas kapan setting ini berlangsung tetapi manusia sudah melewati masa dimana tidak ada penemuan baru, inovasi di bidang teknologi atau lainnya, dan semua uang yang ada di dunia dikerahkan untuk satu hal utama yang sudah langka yaitu makanan.


Tidak ada masalah dengan segala penjelasan dan pengenalan keadaan planet kita saat itu, yang sangat mungkin bisa saja terjadi, semuanya pada tepat pada tempatnya. Seorang pilot, anak kecil yang pintar (oh ya petunjuk yang sangat jelas), truk yang identik dengan film-film epik dengan kebun jagung luas yang sangat Hollywood (atau Spielberg?) sekali. Matthew Mcounaghey jelas merupakan seorang brilian karena ia berhasil menyedot semua perhatian kearahnya di setiap adegan sampai ke akhir film. Chemistry ayah-anak dengan Mckenzie Foy juga apik, terutama Foy yang kita semua tahu bisa menjadi aktris top masa depan setelah melihat penampilannya.

Jika paragraf tadi terlalu panjang untuk anda, begitu pula dengan sequence pertama.

Butuh 42 menit bagi Interstellar untuk meninggalkan bumi. See, kita mungkin sudah beberapa kali melihat penggambaran suasana luar angkasa di layar lebar. Mulai dari bermacam-macam sci-fi cliche hingga tahun lalu ada Cuaron dengan space sebagai tempat gelap, dingin, mengerikan tetapi tetap indah dengan bumi di samping kita. Disini diberikan suguhan lain; oke mungkin tidak terlalu ngeri saat tempat kita tinggal masih terpampang besar didekat kita, namun bagaimana setelah ratusan ribu kilometer berikutnya? Perasaan ada-yang-salah-dengan-semua-ini menghantui walaupun disekeliling kita sangat indah juga sepi dan tenang.


Visualisasi ruang angkasa disini mungkin merupakan yang terbaik sampai saat ini. Mulai dari jupiter dengan cincinnya yang anggun, kemudian wormhole yang tampak seperti mutiara raksasa namun menyimpan misteri didalamnya, planet yang hanya berisi air selutut namun ombak setinggi gunung atau sebuah planet es lengkap dengan frozen cloud-nya sampai desain spaceship seperti Endurance ataupun Ranger yang bikin kita berharap punya versi legonya.

Intinya dia benar-benar memanjakan mata kita selama hampir tiga jam tanpa membuat lelah malahan kita dibuat rileks. Lalu bagaimana dengan pikiran kita? Hang on a second.

Tak seperti biasanya, dia memilih cara mudah untuk menghadirkan semua informasi dalam filmnya. Ketika sekumpulan astronot senior membicarakan hukum fisika ‘dasar’, tak ada alasan lagi selain mereka memang disuruh berbicara khusus untuk kita. Ketika terjadi beberapa ‘keberuntungan’ sehingga setiap karakter bisa menjalankan cerita sesuai yang diinginkan, jelas dia sedang kebingungan saat menulis naskah ini. Dan ketika sebuah adegan menjadi kepanjangan karena sang tokoh utama mengulang-ulang satu kalimat yang mungkin merupakan satu-satunya twist di film ini, well, mungkin kita harus menerima kenyataan.

Anyway, anda bisa saja melupakan semua omong kosong diatas. Saat anda duduk, lampu dimatikan dan film dimulai, yang ada dalam pikiran adalah betapa beruntungnya kita mendapat kesempatan untuk ikut dalam sebuah ekspedisi luar angkasa lengkap dengan scoring sinting yang bikin telinga dan otak meledak dari Hans Zimmer. Dan tebak siapa yang mempimpin perjalanan ini? Dia, makhluk dunia lima dimensi itu sendiri, Christopher Nolan.

My Score: 8.7/10 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar